10/12/2021

"Untuk ibu"


"Untuk Ibu"

Aku rapuh dihadapan lelahmu 
dewasaku bocah kecil di setiap juangmu
Aku tak mampu menghitung embun pagi 
di kala butiran qolbumu mengetuk tiang-tiang arsy
Ibu, 
Izinkanlah aku menjadi mentari 
kala dingin membekukan ragamu
Izinkanlah aku menjadi rintik hujan 
kala usiamu puspus oleh waktu
Share:

2/01/2020

Buah Ulah Tangan Manusia


Share:

3/22/2019

Mengenalku Adalah Mengenalmu Dulu

"Mengenalku adalah mengenalmu dulu"

Racikan tubuhku
kini tidak mengikuti kerangka ruas tulangku

Selempang beban tas kusutku
membengkokkan nan menyiksaku

Hantaman biru (bibir berderu) telah menghitamkan lagitku

Doaku memilu

Kepercayaanku padamu pudar oleh tipisnya nahkodaku

Izinkan aku mengenal, mengenali dan dikenali dalam tuntunan tanganmu

Maafkan aku belum bisa menyempurnakan statusku untukmu. 

Tuhan.

Share:

11/26/2018

Guru Nasional


Guru Nasional

Oh guru
Pancaran panorama gulungan kata menuntun otak-otak dungu
Sosok lusuhmu melacurkan diri dalam duniaku
Abjad-abjad tak mampu kau beli
Engkau tempuh waktu malam hari
Guru
Bakti anak bangsa kau bidik dengan surga
Tiada lain, untuk mengenal seorang hamba
Guru
Kau bajakkan santun berilmumu dalam mimpiku
Tiada tuhan, untuk menjamui kuburanmu tatkala kau mendauluiku
Allah, rindui tubuhku dalam sosok guruku

فهَبْ لِي تَوْبَةً وَاغْفِرْ ذنوبِي # فَإنّكَ غَافِرُ الذنْبِ العَظِيْم
ذنوبِي مِثلُ أَعْدَادٍ الرّمَالِ # فَهَبْ لِي تَوْبَةً يَاذَاالجَلاَل

Share:

11/25/2018

MENANTI TUHAN BERKATA

Ku kutip kalimat tuahan berkali-kali
Sejak sajak menanti titipan tuhan turun ke bumi
Tersingkur dalam teduhnya kata-kata tanpa adanya arti
Sia-sia telah dialami
Andai kata tanpa sajak
Bagai lahirnya anak tanpa bapak
Tanda tanya, bagaimana menjadi sajak
Ding-ding lelah dengan kata-kata
Lanun lelah pulang tanpa harta
Dalam menemani tajamnya waktu telah usai
Hanya segelintir dedaunan terendus pulangnya angin darat ke laut lepas
Sudi menemani dengan kekecewaan berlipat ganda
wahai penguasa
Sendi kata-kataku sudah tua nan patah oleh
waktu yang memojokkan rasa
Tak mampu lagi kata-kata membalut balasan tuhan tak lekas datang.
tuhan!
Share:

10/03/2018

BUMI yang RETAK

BUMI YANG RETAK

Hati retak tak terbimbing
Ombang-ambing rumah tebing
Palu
Gabah berubah tunas menjadi cambah
Nadziir tuhan minta di istiqfari
Jamari bernari-nari
Uang tak dikasih lari.
Tasbih tak berbibir lagi dalam suara
 renung di malam hari
 Palu
 Kau apakan bumi pertiwi?
 Jangan bilang takdir tidak mengerti!


Share:

6/14/2018

Luka di bulan suci.


Luka di Bulan Suci

Aku dalam renung penuh dusta untuk raya, aku tak tahu dalam berucap, pantaskah aku lewati bulan suciku yang tidak penuh dengan catatan sutra, ramadan kecap takbir keliling penuh asa mengukur jalan, ah dustanya aku tak mau memeluk bulan suciku dengan usikan butiran kata-kata, lambayan media menertawakan jubah di esok penuh bangga, tongkat mimbar mengutuk belah angan sadar, khalayak nabi musa memecah belah laut merah, hai...pantaskah aku? Tanpa renung, ketukan mimpi ibrahim diharuskan meneteskan darah oleh tuhannya, sesajian-ku tak pantas di hari yang fitri, ismail...! Katakan padaku: kau masih kotor untuk merayakan hari yang fitri, perahumu tak sebagus milik nabi nuh, lontang lanting tubuhmu tak seindah sang nabi penyempurna, pantaskah kau merayakan hari yang fitri?
Share:

6/08/2018

GILA




Aku ingin menumpahkan tetesan noda kehidupan diatas hamparan permadani bersama-mu.
Namun aku tak tahu harus memulai darimana? 
tak lekasnya jemari menemukan awalan mulanya darimana.
Namun hati kecil-ku memalingkan mukanya tanpa suport nafsu yang aku meliki.
Tekukan permadani mulai lusuh oleh desahan jemari tangan semakin menjambak dalam kepalan tangan-ku. Sesudah itu, mengenang-mu memeningkan kepala ini.
Sambil membenturkan kepalan tangan ke kepala ini.
Kenapa aku tak bisa melamar satra dengan kata-kata abstrak dalam jiwa-ku, padahal aku bercita-cita dengan dunia sastra untuk menjadi orang yang tak tahu arah dan gila. Tanpa arah menunjukkan kata kata yang akan teruraikan oleh kegilaan seni sastra.
Erai waktu telah mengelus keinginan, lembutnya hamparan rasa yang tak mau di madu kembali, bagaikan angin tak mau diwakili dalam menggoyangkan ranting-ranting cerita malam untuk hari ke hari. 


Positif thinking
Share:

6/01/2018

ketika rasa melaknat cinta


KETIKA RASA MELAKNAT CINTA

Dikala senja tak lagi memudarkan lamunan pagi, seorang wanita bercadar meminta bibir pantai menguraikan kata-kata cinta yang terpendam lama bersama kerasnya karang di dasar laut lepas. perasaanya kian bercumbu mesra dengan tinta menjamah lembaran kertas penuh desahan hati dalam bercerita seorang pemuda shaleh yang di pujanya, ibu hawa kala dulu, tidak mewariskan keberanian berucap atas perasaan yang butuh tanggung jawab.
imla' namaya telah menemani sujud memecahkan harapan doa pada tuhan yang telah memutar-mutar perasannya kepada seorang pemuda shaleh. diawali papasan salam disebuah pedesaan,  kota Aceh nama kotanya.Sebut moh ilham salah satu putra kiai sebuah pesantren shalafiyah yang terpandang dimata masyarakat sekitarnya. ilham diwaktu itu bersama seorang santri (shohib alfalalah) tepatnya hari jumat sore menuju makam kakeknya untuk menziarahinya, sepeda ontelnya memaksa santrinya untuk menggayung lebih cepat melawan tanjakan di depannya,
Ilham "shohib  dayungkan kaki-mu untuk melawan tanjakan didepan sana"
shohib " ia ini lagi berusaha gus"
dengan nafas terengos-engos kayak sapi habis bajak sawah,
geraman shohib dalam hatinya " enak jadi seorang anak kiai tidak mau turun dari sepeda, padahal ada tanjakan di depann, huff
tak lama separuh tanjakan di laluinya shohib tidak kuat lagi, pada akhirnya keduanya jatuh.
ilham "  kenapa tidak bilang kalo mau jatuh" sambil bercanda.
coba kamu bilang, saya kan bisa turun duluan sebelum jatuh, hhhh
shohib adalah santri kesayangannya yang menjadi teman pendamping ilham yang sangat patuh pada perintahnya.
dalam perjalanan keduanya saling bercanda, namun shohib tetap tahu dalam menjaga sikap terhadapnya, sesampai pintu makam shohib menaru sepedanya di bawah pohon mangga, tak lama kemudia ilham  mengucapkan salam "assalamualaikum Wr. Wb,
tahunya suara merdu terucap waalaikumsalam,
hah dalam hati ilham, dengan heranya ia memanggil si shohib untuk segera menayakan pada shohib,
Ilham "shohib,,, sini cepat
shohib " ia gus, dengan tergesa-gesa memenuhi panggilannya,
Ilham " tadi saya ucapkan salam ada yang menjawabnya, coba buka pintunya,
si shohib langsung membuka pintunya,
sesosok seorang wanita bercadar menjadi cermin di depanya dengan bersikap cepat keluar menjauhkan diri dari ilham dan shohib,

LANJUTAN TANGGAL 04 JUNI 2018..................!
Share:

5/23/2018

kisah di bulan juni

kisah terik tak lagi menalar rasa arah sepeda ontel terus menggayung kaki pemuda malang yang hidup di tanah rantau kian merobek waktu tak lekas jumpa pada bulan juni yang akan datang.
bulan juni ku telah aku rebut dalam sebuah cerita lama yang menguras hati di balik tirai seorang wanita bercadar hitam,
Share: